Budaya Literasi Membangun Peradaban Bangsa
Diskusi literasi bertema “Literasi untuk Peradaban”, Selasa (21/10/2025) di Perpustakaan KY, Jakarta.

Jakarta (Komisi Yudisial) - Pada 2022, kemampuan membaca masyarakat Indonesia tergolong rendah di skala ASEAN. Indonesia menempati peringkat ke 70 dari 81 negara dengan skor 359. Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus pembenahan untuk memperbaiki kualitas kemampuan membaca.

"Fakta tersebut menjadi pengingat penting akan perlunya upaya bersama dalam memperkuat budaya literasi di berbagai sektor," jelas Kepala Pusat Analisis dan Layanan Informasi Juma'in saat menggelar diskusi literasi bertema “Literasi untuk Peradaban”, Selasa (21/10/2025) di Perpustakaan KY, Jakarta.

Lanjut Juma'in, hasil survei UNESCO tahun 2021 menunjukkan bahwa rata-rata buku yang dibaca oleh masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen per tahun. 

“Artinya, dari seribu orang Indonesia, hanya satu orang yang benar-benar rajin membaca,” ungkapnya dengan nada prihatin.

Juma’in melanjutkan, KY mencoba menumbuhkan budaya membaca dan berpikir kritis dengan memperkuat tradisi literasi di lingkungan lembaga. 

“Diskusi literasi kali ini bukan yang pertama di KY. Biasanya dilakukan rutin dua minggu sekali, dan ini merupakan kesempatan luar biasa karena menghadirkan pemateri yang berkompeten di bidangnya,” ujar Juma'in.

Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Bandung yang juga merupakan seorang pegiat literasi Medi Mahendra hadir sebagai narasumber. Medi menekankan bahwa literasi tidak hanya sebatas aktivitas membaca dan menulis, tetapi juga bagian dari upaya membangun peradaban bangsa. 

“Kita hadir di sini dengan kekuatan cinta, terutama cinta pada literasi,” ujarnya di tengah sesi diskusi.

Ia menambahkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sebenarnya cukup tinggi, namun budaya literasinya yang masih rendah. “Literasi untuk peradaban merupakan kegelisahan utama dan menjadi tantangan kita pada saat ini,” tuturnya. (KY/Haris/Festy)


Berita Terkait