Ketua Komisi Yudisial (KY) Aidul Fitriciada Azhari menjadi khatib Shalat Idul Fitri 1438 H di Lapangan Kridosono Yogyakarta, Minggu (25/06).
Jakarta (Komisi Yudisial) - Ketua Komisi Yudisial (KY) Aidul Fitriciada Azhari menjadi khatib Shalat Idul Fitri 1438 H di Lapangan Kridosono Yogyakarta, Minggu (25/06).
Dalam ceramahnya, Aidul menjelaskan tujuan ibadah shaum Ramadhan yang telah dilakukan selama sebulan penuh.
"Ibadah shaum Ramadhan adalah ibadah paripurna. Ibadah yang menyeluruh dengan tujuan menyucikan seluruh kehidupan kita, baik secara lahir, batin maupun kehidupan sosial kita," jelas Aidul.
Lebih lanjut, Aidul mengatakan ibadah shaum Ramadhan adalah ibadah paripurna karena bukan saja menyangkut ibadah vertikal kepada Allah SWT (hablu minallah), tetapi juga mencakup ibadah horisontal kepada masyarakat dan sesama manusia (hablu minannas).
"Ibadah shaum Ramadhan bukan saja menjadi sarana untuk menempa jiwa agar tampil sebagai pribadi yang mampu menahan diri dari segala macam godaan duniawi, tetapi juga mengasah jiwa kita untuk peka dan peduli pada lingkungan sosial kita," ujar Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta ini.
Aidul mengajak, dengan momentum Idul Fitri ini dapat dijadikan sebagai sarana meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Ketakwaan itu bukan hanya terwujud dalam kehidupan pribadi saja, tetapi di mana pun kita berada, termasuk dalam kehidupan sosial yang harus dilandasi oleh ahlak yang baik.
"Ketakwaan yang terwujud dalam kehidupan sosial kita adalah buah dari ibadah shaum kita yang benar. Oleh karena itu, ketakwaan kita sesungguhnya akan dibuktikan apakah setelah Ramadhan kita memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan sosial sehingga kita terdorong untuk membersihkan, menyucikan masyarakat kita dari segala macam bentuk kemaksiatan, kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan," ajak Aidul.
Aidul menambahkan, di tengah riuh rendahnya isu dan opini tentang kebhinekaan dan toleransi di masyarakat, maka semangat persaudaraan menjadi kunci persatuan. Untuk itu, lanjut Aidul, tetap teguh dalam ikatan yang kuat sebagai umat Islam yang berada dalam keluarga besar bangsa Indonesia dan jalinan hidup sesama manusia secara universal.
"Semangat persaudaraan sebagai sesama muslim (al-ukhuwah al-islamiyyah) tersebut tentu harus dipelihara dan dirawat setelah lepas dari bulan Ramadhan sehingga meluas menjadi persaudaraan sesama bangsa dan persaudaraan sesama manusia," pungkas mantan Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta ini. (KY/Jaya/Festy)