KY Ajak Sobat Muda Bandung Ciptakan Visualisasi Peradilan Bersih
Komisi Yudisial (KY) menggagas diskusi bertema Visualisasi Peradilan Bersih dengan menggandeng para penggiat seni di Bandung, Selasa (16/10).

Bandung (Komisi Yudisial) - Mungkinkan hukum dapat berkolaborasi dengan seni? Menjawab itu Komisi Yudisial (KY) menggagas diskusi bertema Visualisasi Peradilan Bersih dengan menggandeng para penggiat seni di Bandung, Selasa (16/10).
 
"Kami harapkan para peserta FGD Sobat Muda KY dapat menghasilkan karya seni yang bertujuan memperbaiki dunia peradilan di Indonesia," harap Kepala Pusat Analisis dan Layanan Informasi KY Roejito dalam sambutannya.
 
Langkah KY tersebut diapresiasi Dosen Fakultas Industri Kreatif Universitas Telkom Lingga Agung yang menjadi salah satu narasumber dalam FGD tersebut. Menurutnya, seni dan hukum dapat dikolaborasikan.
 
“Hukum adalah seni, karena manusia perlu mengimajinasikan bagaimana caranya untuk mengatur dan menertibkan masyarakat, dan saya sangat mengapresiasi langkah KY untuk merangkul dunia seni yang dikolaborasikan dengan tugas dan wewenang Komisi Yudisial," ujarnya.
 
Menurut Lingga, peran seni di dalam hukum menjadi penting karena berhubungan dengan cara penyampaian informasi kepada masyarakat.
 
“Setidaknya seni itu membuat harapan hidup manusia menjadi lebih baik. Banyak karya seni visual yang menjadi alat propaganda until dapat mengubah dunia. Untuk itu, seni dapat dijadikan media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dalam hal ini dapat memengaruhi masyarakat untuk menjaga dunia peradilan," tandas Lingga.
 
Dalam kesempatan sama, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan Rosa Tedjabuwana menjelaskan soal korelasi antara hukum, seni dan estetika dalam sebuah karya yang diterima Masyarakat.
 
“Karya seni itu harus jelas ditujukan untuk siapa, sehingga batasan etika dan estetikanya dapat disesuaikan kepada tergetnya," urainya.
 
Ia juga menambahkan, saat membuat karya visual maka harus memperhatikan etika, termasuk saat diunggah dalam media sosial.
 
“Masyarakat cenderung kebablasan dalam berekspresi di ruang media sosial. Di sinilah pentingnya ada etika dan estetika dalam membuat suatu karya," pungkasnya. (KY/Gaudi/Festy)

Berita Terkait